Selain mengatasi stres, puasa juga terbukti meningkatkan suasana hati dan kesehatan emosional. Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang berpuasa selama bulan Ramadan mengalami penurunan tingkat depresi dan kecemasan. Aktivitas ibadah yang lebih intens selama bulan puasa turut berkontribusi dalam menciptakan perasaan damai dan bahagia.
Selain manfaat psikologis, puasa juga memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik. Mengurangi konsumsi makanan secara teratur saat berpuasa membantu menurunkan kadar kolesterol, memperbaiki metabolisme, serta mengoptimalkan fungsi jantung dan pembuluh darah. Dengan demikian, puasa tidak hanya menyehatkan mental, tetapi juga memperpanjang usia harapan hidup seseorang.
Buah kurma yang sering dikonsumsi saat berbuka puasa memiliki kandungan antioksidan tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan otak. Antioksidan dalam kurma berperan dalam melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas. Mengonsumsi makanan sehat saat sahur dan berbuka semakin memperkuat manfaat puasa bagi kesehatan mental dan fisik.
Puasa juga melatih seseorang untuk lebih disiplin dalam menjalani hidup. Kebiasaan menahan lapar dan haus secara teratur menciptakan kontrol diri yang lebih baik. Dengan terbiasa mengendalikan diri, seseorang lebih mampu mengatur pola hidup sehat dan menghindari kebiasaan makan berlebihan yang dapat merusak keseimbangan metabolisme tubuh.
Dalam perspektif medis, puasa mendukung regenerasi sel dan meningkatkan fungsi otak. Selama berpuasa, tubuh meningkatkan produksi faktor neurotropik yang berasal dari otak (BDNF), yang berperan penting dalam pembentukan sel saraf baru. Proses ini membantu menjaga daya ingat dan mencegah penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.