Bangkalan – Garam telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sejak zaman kuno. Dalam sejarah panjangnya, menurut pelbagai referensi yang dapat dipercaya, garam telah memainkan peran vital dalam bidang perdagangan, ekonomi, dan bahkan politik.
Garam pertama kali ditemukan sekitar 6.000 tahun yang lalu di China. Pada awalnya, garam dihasilkan melalui penguapan air laut di daerah yang terkena sinar matahari. Di Mesir Kuno, garam digunakan dalam proses mumifikasi mayat-mayat firaun.
Bangsa Yunani dan Romawi Kuno juga menghargai garam sebagai komoditas yang penting. Para prajurit Romawi bahkan menerima bayaran dalam bentuk garam yang disebut “salarium”, yang menjadi asal kata “salary” dalam bahasa Inggris.
Selama Abad Pertengahan, garam menjadi salah satu barang dagangan yang paling bernilai. Di Eropa, garam digunakan untuk mengawetkan makanan dan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh manusia. Ini membuat garam menjadi sangat dicari dan berharga.
Karena nilainya yang tinggi, penguasa pada masa itu bahkan memonopoli produksi dan penjualan garam, yang dikenal sebagai “gabelle” di Prancis dan “salt tax” di Inggris. Pajak garam menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak negara pada masa itu.
Pada abad ke-19, dengan berkembangnya teknologi, produksi garam menjadi lebih efisien. Teknik baru seperti penuaian garam dari tambang dan pemurnian garam dari air laut memungkinkan produksi garam yang lebih besar dan lebih murah.
Ini mengakibatkan penurunan harga garam secara signifikan dan membuatnya lebih terjangkau bagi orang-orang di seluruh dunia. Namun, meskipun demikian, garam tetap menjadi komoditas penting dalam perdagangan internasional.
Pada abad ke-20, garam menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum berkat perkembangan infrastruktur transportasi dan perdagangan global. Peran garam dalam industri makanan dan kimia semakin berkembang.
Garam tidak hanya digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap makanan, tetapi juga dalam berbagai proses industri, seperti pembuatan kertas, plastik, dan baterai. Namun, kelebihan konsumsi garam juga telah menjadi perhatian kesehatan masyarakat, dengan peningkatan kasus penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Di seluruh dunia, garam memiliki makna simbolis dan budaya yang kaya. Di beberapa budaya, garam dianggap sebagai tanda kehidupan dan kesucian, sementara di tempat lain, garam melambangkan persahabatan dan persatuan.
Misalnya, dalam tradisi Hindu, garam diletakkan di ambang pintu sebagai tanda penyambutan yang hangat. Sementara itu, dalam kebudayaan Jepang, garam digunakan dalam upacara pernikahan sebagai simbol keabadian dan kekuatan.
Meskipun garam telah menjadi bagian penting dari sejarah manusia, industri garam menghadapi tantangan baru pada abad ke-21. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan mengancam pasokan garam alami, sementara permintaan akan garam yang lebih sehat dan ramah lingkungan semakin meningkat.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, para ilmuwan dan insinyur sedang mencari solusi inovatif, seperti teknologi pengolahan garam yang ramah lingkungan dan metode penggantian garam dalam makanan dengan alternatif yang lebih sehat.