Bangkalan – Filsafat seringkali terdengar seperti hal yang rumit dan sulit dipahami, tetapi ada satu aliran filsafat yang mencoba untuk menyederhanakan cara memahami dunia. Aliran ini dikenal sebagai strukturalisme. Apa itu strukturalisme dan bagaimana cara kerjanya? Berikut penjelasannya yang dihimpun dari pelbagai sumber yang dapat dipercaya.
Strukturalisme adalah sebuah pendekatan dalam filsafat dan ilmu sosial yang menekankan pentingnya struktur atau pola dalam memahami segala sesuatu, mulai dari bahasa, budaya, hingga pikiran manusia. Aliran filsafat ini percaya bahwa ada pola-pola yang mendasari segala hal di dunia ini, dan dengan memahami pola-pola tersebut, bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas.
Strukturalisme tidak lahir begitu saja. Ia memiliki akar sejarah yang panjang, namun salah satu tokoh yang paling terkenal dalam perkembangannya adalah Ferdinand de Saussure, seorang ahli bahasa asal Swiss. Saussure adalah tokoh sentral dalam pengembangan teori strukturalisme, terutama dalam bidang linguistik.
Saussure mengajukan konsep bahwa bahasa terdiri dari dua aspek: tanda (sign) dan signifikasi (signified). Menurutnya, hubungan antara tanda (kata atau simbol dalam bahasa) dan signifikasi (konsep atau makna yang diwakilinya) bersifat arbitrari, artinya tidak ada hubungan alami antara kata dan maknanya.
Hal ini mengubah cara kita memahami bahasa, dengan menekankan bahwa bahasa adalah sebuah sistem struktural yang terdiri dari relasi-relasi internal antara unsur-unsurnya, bukan sekadar kumpulan kata-kata yang merujuk kepada objek-objek di dunia nyata.