“Kalau tembusannya ke Dispertahortbun hanya satu gudang. Tapi kalau yang sudah masuk ke perijinan juga hanya ada satu gudang. Usaha kita dari tahun kemarin agar tembakau kita bisa terserap semua, kita juga sudah memfasilitasi ke PT. Djarum di Kabupaten Pamekasan. Kita imbau kepada para petani agar bisa langsung menjual ke pabrikan bukan lewat bandul,” terangnya.
Panen tembakau musim ini bisa dibilang lebih lambat dari pada biasanya, hal tersebut disebabkan oleh adanya cuaca yang tidak stabil.
“Kemarin ini kenapa sempat mundur, karena cuaca yang kurang memungkinkan, jadi para petani tidak tanam tembakau seperti biasanya,” papar Rina Suryandari.
Terkait harga, pihaknya mengatakan bahwa yang dapat menentukan harga hanya kualitas dari tembakau itu sendiri, selebihnya diputuskan oleh pihak pabrik.
“Tembakau itu kan memiliki harga bebas, jadi kita tidak bisa menentukan harga berapa untuk lakunya tembakau itu sendiri, biar harga pasar yang menentukan. Tapi kita tetap bertahan dengan kualitas, meski harga dipasrahkan kepada pabrikan,” ujarnya.
Jika mengacu pada pasokan di tahun sebelumnya, tembakau milik petani Sumenep biasanya terserap semua. Namun pihak pabrik biasanya menilai kualitas terbaik adalah tembakau hasil dari tanah tegal dan pegunungan.
“Kita berharap total tembakau ini terserap ke gudang, walaupun harga menyesuaikan dengan pabrikan itu sendiri. Setiap tahun pasti tembakau kita terserap semua. Kita juga sudah mensosialisasikan terkait kualias tembakau dari mulai proses tanam hingga musim jual. Jadi yang dibutuhkan pabrikan yaitu tembakau tegal dan gunung,” pungkas Rina.