“Jadi, kami siapkan sebanyak 50 buku untuk antar jemput dengan yang berbeda tempat. Setiap lembaga punya jatah untuk dikunjungi perpustakaan keliling ini,” ungkapnya.
Ketiga, menambah ketersediaan buku seputar Sumenep, baik buku sejarah atau manuskrip sejarah dri beberapa sumber kitab kuno.
“Saat ini, buku yang tersedia sebanyak 30.000. Yang terdiri dari 15.000 judul buku agama, sosial, sains, dan pelajaran. Kita coba akses beberapa buku kuno tentang Sumenep,” rincinya.
Mahsuni juga merencanakan bersama pemerintah daerah untuk menerjemahkan manuskrip sejarah Sumenep yang berbahasa Belanda ke bahasa Indonesia dan ke bahasa Madura.
“Bupati bisa menganggarkan untuk menerjemahkan manuskrip itu. Jadi kami butuh penerjemah untuk disewa sebagai penerjemah bahasa Belanda,” paparnya.
Bahkan Mahsuni juga menemukan salah satu naskah kuno yang bernama kitab “Jatiswara” berbahasa Jawa yang ditulis dengan jarum di daun lontar. Kitab tersebut diketahui ada di daerah Kaleanget Sumenep.
“Kitab itu sering dibuka oleh tokoh di sana dan dibaca ketika ada perayaan Nader. Sempat kita undang untuk menerjemahkan kita itu, ternyata berisi tentang kehidupan manusia,”pungkasnya.
Mahsuni mengaku semua program baru itu akan dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2022. Dirinya berharap dengan adanya program tersebut, tingkat pembaca masyarakat Sumenep meningkat.