Bangkalan – Penelitian ilmiah berkembang melalui tiga paradigma utama: kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Masing-masing paradigma memiliki sejarah, tokoh utama, fokus penelitian, serta kelebihan dan kekurangan yang khas.
Paradigma kuantitatif berasal dari tradisi positivisme yang berkembang sejak abad ke-19. Para ilmuwan seperti Auguste Comte dan Émile Durkheim menekankan pentingnya data empiris dan pengukuran statistik.
Pendekatan kualitatif muncul sebagai respons terhadap keterbatasan kuantitatif dalam memahami fenomena sosial. Tokoh seperti Max Weber dan Clifford Geertz menekankan interpretasi makna di balik perilaku manusia.
Paradigma campuran berkembang sebagai sintesis antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. John Creswell dan Jennifer Greene merupakan ilmuwan yang banyak berkontribusi dalam metodologi ini.
Penelitian kuantitatif berfokus pada pengukuran variabel dan uji hipotesis. Teknik yang sering digunakan meliputi eksperimen, survei, dan analisis statistik.
Pendekatan kualitatif menitikberatkan eksplorasi makna dan pengalaman subjek penelitian. Metode seperti wawancara mendalam dan studi kasus sering diterapkan.
Penelitian campuran menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih holistik. Strategi ini sering digunakan dalam studi kebijakan dan evaluasi program.
Contoh penelitian kuantitatif adalah studi tentang hubungan antara konsumsi gula dan obesitas menggunakan analisis statistik. Data numerik dikumpulkan dari sampel populasi yang representatif.
Penelitian kualitatif dapat berupa eksplorasi pengalaman pasien kanker dalam menghadapi pengobatan. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali perspektif emosional dan sosial.