Aliansi KOPRI juga menilai bahwa kurangnya edukasi seksual di sekolah dan ketidakpedulian pihak sekolah terhadap laporan korban menjadi salah satu faktor penyebab maraknya pelecehan seksual ini.
Selain mengkritik pihak sekolah, Aliansi ini juga menyoroti kinerja Dinsos P3A Sumenep yang dinilai tidak serius dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual.
“Dinsos harus lebih serius dalam menangani kasus dan mendampingi korban. Saat ini, masyarakat merasa penanganan tidak maksimal dan sering kali simpang siur,” jelas Khozaimah.
Menurutnya, Dinsos juga perlu memberikan informasi yang lebih terbuka kepada publik, terutama mengenai pendampingan korban kekerasan seksual melalui media yang dapat diakses oleh masyarakat, seperti website resmi.
Selain itu, mereka juga meminta Dinsos untuk lebih transparan dalam memberikan informasi terkait pendampingan korban dan meningkatkan penanganan kasus.
“Kami meminta pihak Dinsos lebih serius lagi dalam menangani kasus kekerasan seksual dan memberikan pendampingan maksimal kepada korban. Selain itu, informasi pendampingan korban harus dipublikasikan dengan jelas agar masyarakat tidak menerima informasi yang simpang siur,” tegas Khozaimah.
Dengan semakin banyaknya laporan pelecehan seksual yang melibatkan tenaga pendidik, Aliansi KOPRI berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas demi menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif bagi generasi penerus bangsa di Kabupaten Sumenep.