Bangkalan – Friedrich Nietzsche, seorang filsuf dengan pandangan kontroversial, memberikan perspektif unik mengenai cinta. Ia melihat cinta sebagai bagian dari naluri manusia yang erat kaitannya dengan egoisme dan keserakahan, yang bertentangan dengan pandangan tradisional tentang cinta sebagai sesuatu yang mulia.
Nietzsche menggambarkan cinta dalam karyanya sebagai dorongan biologis yang tidak terlepas dari kepentingan egois. Dalam The Gay Science, ia menyamakan cinta dengan keserakahan, sebuah hasrat untuk menguasai dan memiliki sesuatu yang diinginkan.
Cinta menurut Nietzsche bukanlah sesuatu yang idealistik, melainkan sebuah bentuk egoisme yang dilapisi oleh ilusi romantisme. Ia berpendapat bahwa ketika seseorang jatuh cinta, sebenarnya mereka sedang berusaha mengasimilasi sesuatu yang baru untuk menjadikannya bagian dari dirinya.
Meskipun demikian, Nietzsche juga mengakui pentingnya perasaan cinta dalam hubungan manusia. Cinta, meskipun ia anggap ilusi, dapat menjadi sumber kreativitas dan seni, serta mencerminkan kekurangan manusia dalam memahami hubungan antar individu.
Pandangan Nietzsche terhadap cinta juga mengaitkan perbedaan antara cara pria dan wanita memandang cinta. Ia menilai bahwa cinta wanita cenderung lebih menyerah dan mengabdi, sementara cinta pria lebih didorong oleh keinginan untuk menguasai dan memiliki.
Nietzsche mengkritik konsep kesetiaan dalam cinta, yang ia anggap lebih sesuai dengan sifat wanita. Ia berpendapat bahwa pria yang mencintai dengan pengabdian seperti wanita akan kehilangan sifat maskulinnya, sedangkan wanita yang mencintai dengan cara ini dianggapnya lebih sempurna.