Jakarta – Perkembangan ekspor Indonesia pada bulan Februari 2024 menghadapi tantangan. Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada bulan tersebut mencapai US$19,31 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 5,79 persen dari bulan sebelumnya, Jumat (15/3/2024).
Dibandingkan dengan Februari tahun sebelumnya, penurunan mencapai 9,45 persen, menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh sektor ekspor Indonesia. Ekspor nonmigas, yang menjadi tulang punggung ekspor Indonesia, juga mengalami penurunan sebesar 5,27 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia selama Januari–Februari 2024 mencapai US$39,80 miliar, turun 8,81 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu sektor yang mengalami penurunan signifikan adalah industri pengolahan, yang turun 7,64 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, tidak semua sektor mengalami penurunan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan justru mencatat kenaikan sebesar 8,18 persen, menunjukkan adanya potensi pertumbuhan yang masih dapat dieksplorasi.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah tujuan ekspor Indonesia. Tiongkok tetap menjadi pasar terbesar bagi ekspor Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai US$4,06 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat dan India. Kontribusi ketiganya mencapai 42,52 persen dari total ekspor.
Namun, terlepas dari tantangan, terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah diversifikasi pasar ekspor, dengan meningkatkan fokus pada pasar ASEAN dan Uni Eropa. Meskipun ekspor ke kedua pasar tersebut belum mencapai potensi penuh, namun dengan strategi yang tepat, dapat tercipta peluang pertumbuhan yang signifikan.