Filsuf Yunani kuno terkenal dengan pemikiran-pemikiran yang mendalam dan menciptakan landasan bagi pemikiran modern. Salah satu di antaranya adalah Anaximenes, seorang filsuf dari abad ke-6 SM yang merupakan murid dari Anaximander, dan menjadi bagian dari aliran filsafat Pra-Sokratik. Meskipun hidupnya sangat minim catatan, pemikirannya telah mempengaruhi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di masa berikutnya.
Anaximenes diyakini lahir di kota Miletus, di wilayah yang sekarang merupakan bagian dari Turki modern. Ia adalah salah satu dari tiga tokoh utama dalam Sekolah Miletian, bersama dengan Thales dan Anaximander. Salah satu kontribusi pentingnya adalah teori mengenai alam semesta dan unsur dasar.
Menurut Anaximenes, unsur dasar yang membentuk segala sesuatu adalah “apeiron” atau “tidak terbatas”, sebuah gagasan yang sebelumnya diperkenalkan oleh guru Anaximander. Namun, Anaximenes mengembangkan konsep ini lebih lanjut dengan menyatakan bahwa apeiron mengalami transformasi menjadi satu unsur yang lebih konkret, yaitu udara. Ia percaya bahwa udara merupakan sumber dari segala sesuatu dan bahwa perubahan-perubahan dalam alam terjadi melalui proses kondensasi dan pelebaran udara.
Pemikiran Anaximenes tentang udara sebagai unsur dasar memiliki implikasi yang luas dalam pemahaman alam semesta. Baginya, benda-benda yang berbeda adalah hasil dari berbagai tingkat kepadatan udara. Ketika udara dikompres, ia menjadi lebih padat dan menghasilkan unsur yang lebih berat, seperti air, tanah, dan batu. Sebaliknya, ketika udara diperlebar, ia menjadi lebih ringan dan membentuk unsur-unsur yang lebih halus, seperti api dan uap.
Konsep ini menciptakan dasar untuk pemahaman tentang perubahan dan pergerakan dalam alam semesta. Anaximenes percaya bahwa langit dan bumi adalah cakrawala yang datar, dengan bumi beristirahat di atas udara yang tak terbatas. Gerakan bintang-bintang dan planet-planet di langit dijelaskan sebagai hasil dari gerakan udara yang mengalir dan berputar.
