Bangkalan – Durroton Nafis, mahasiswi Universitas Trunojoyo Madura (UTM), asal Bangkalan, memilih berjualan bakso di tengah kesibukan kuliah. Setiap hari, ia berjualan di kawasan Kamal Gombor sejak pukul 17.00 hingga tengah malam.
Sejak menjadi mahasiswa baru, Nana—sapaan akrabnya—menjalani rutinitas padat dengan semangat tinggi. Ia sadar, keterbatasan ekonomi tidak boleh menjadi hambatan dalam mengejar mimpi.
Nana memutuskan bekerja karena keluarganya tidak mampu membiayai kuliah. Ia sempat ditolak dalam permohonan KIP, namun tidak menyerah dan terus berjuang membiayai sendiri pendidikan.
“Kalau tidak sambil bekerja, bagaimana saya bisa membayar UKT yang mencapai Rp2,5 juta?” Kata Nana. Ia tidak ingin membebani kedua orang tuanya sejak masuk kuliah.

Usahanya membuahkan hasil ketika di semester dua ia mendapat keringanan UKT. Walau bukan beasiswa penuh, bantuan itu menjadi bukti bahwa kerja kerasnya mendapat apresiasi.
Selain kuliah dan berjualan, Nana aktif di organisasi kampus seperti BEM. Ia bahkan dipercaya menjadi asisten dosen, menunjukkan prestasi akademik yang tetap terjaga.
Manajemen waktu menjadi kunci keberhasilannya dalam menjalani semua aktivitas. Dengan disiplin tinggi, Nana tetap bisa fokus pada tujuan pendidikan dan pekerjaannya.
Prestasi nasional pun berhasil ia raih di tengah kesibukan. Ia menang dalam lomba esai Enchantax Competition di PKN STAN dan Business Plan tingkat Madura di Universitas Wiraraja.
Tak hanya itu, Nana juga menyabet juara 1 Halu Oleo Management Business Case Competition. Lomba ini diadakan oleh Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Ayahnya, H. Ahmad Zemrony, mengaku bangga atas kedewasaan putrinya. “Nana bisa berpikir dewasa meskipun berasal dari keluarga kurang mampu,” ungkapnya.
Meski sempat malu saat awal berjualan, kini Nana bersyukur atas semua pengalaman itu. “Saya belajar bertanggung jawab dan lebih menghargai waktu,” tutupnya.