Di balik gemerlapnya sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia terdapat nama yang tak boleh dilupakan: Mohammad Tabrani. Seorang pahlawan nasional yang melambangkan semangat pejuang Bahasa Indonesia, Tabrani lahir pada tanggal 10 Oktober 1904 di Pamekasan, Madura, Jawa Timur dengan nama lengkap Mohammad Tabrani Soerjowitjitro. Namun, ketenarannya bukan semata-mata karena asal-usulnya yang eksotis, melainkan karena jasanya dalam memperjuangkan bahasa persatuan bangsa, Bahasa Indonesia.
Tabrani bukanlah sekadar seorang jurnalis biasa. Kiprahnya di Harian Hindia Baru sejak Juli 1925 menjadi awal dari perjalanan panjangnya dalam mengukir sejarah. Pada 10 Januari 1926, Tabrani merintis gagasan revolusioner dengan menulis artikel berjudul “Kasihan” yang kemudian menjadi pijakan awal penggunaan nama “Bahasa Indonesia”. Gagasan tersebut muncul sebagai respons terhadap kedaerahan yang kental di kalangan masyarakat Indonesia pada masa itu. Di tengah keberagaman yang memisahkan, Tabrani melihat urgensi untuk mempersatukan bangsa melalui bahasa yang sama.
Tulisan berikutnya yang menjadi tonggak sejarah adalah “Bahasa Indonesia” yang dipublikasikan dalam koran Hindia Baru edisi 11 Februari 1926. Dengan tegas, Tabrani menyerukan: “Bangsa Indonesia belum ada, terbitkanlah bangsa Indonesia itu! Bahasa Indonesia belum ada, terbitkanlah Bahasa Indonesia itu!”. Kata-kata itu bukan sekadar seruan, melainkan sebuah panggilan jiwa untuk menumbuhkan identitas nasional yang kokoh.