Pelestarian Bahasa Madura: Di Mana Peran Perguruan Tinggi di Madura?

Muhaimin, guru Bahasa Madura Sekolah Menengah Pertama (SMP) Asshomadiyah, Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur
Muhaimin, guru Bahasa Madura Sekolah Menengah Pertama (SMP) Asshomadiyah, Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur (Dok. Madurapers, 2025).

Sayangnya, pelestarian bahasa Madura masih menghadapi kendala besar, terutama dalam hal tenaga pengajar yang kompeten. “Hingga saat ini, belum ada perguruan tinggi di Madura yang membuka jurusan Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura,” ungkapnya.

Ketiadaan jurusan tersebut menyebabkan banyak guru bahasa Madura di sekolah tidak memiliki latar belakang akademik yang sesuai. “Akibatnya, pengajaran bahasa Madura tidak optimal dan kurang mampu membangkitkan minat siswa dalam mempelajarinya,” kata dia.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, kata dia, maka kemampuan menulis dan berbicara dalam bahasa Madura akan semakin menurun. Dalam jangka panjang, bahasa Madura bisa kehilangan generasi penerus yang mampu menggunakannya dengan baik dan benar.

Perguruan tinggi di Madura seharusnya menjadi garda terdepan dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal. “Pembukaan program studi Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura bisa menjadi langkah awal untuk mencetak tenaga pengajar yang berkualitas,” harapnya.

Selain menghasilkan tenaga pendidik, kehadiran program studi tersebut juga dapat memperkuat kajian akademik mengenai bahasa Madura. Dengan demikian, bahasa ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Tanpa peran aktif perguruan tinggi di Madura, pelestarian bahasa Madura akan sulit dilakukan secara berkelanjutan. “Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih serius untuk mendorong dunia akademik agar turut serta dalam menjaga warisan budaya ini,” pungkasnya.

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca