Kesenjangan antara Pamekasan dan Kadur mencerminkan ketimpangan sistematis dalam pembangunan infrastruktur kesehatan. Penduduk wilayah pinggiran harus menempuh jarak lebih jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan memadai.
Beberapa kecamatan seperti Waru, Batu Marmar, dan Pasean juga mencatat angka yang rendah, masing-masing hanya memiliki 5 hingga 6 fasilitas. Sementara kecamatan seperti Pademawu dan Proppo memiliki fasilitas cukup merata.
Akses layanan ibu dan anak patut menjadi perhatian, mengingat hanya dua unit rumah bersalin tersedia di seluruh kabupaten. Ini berarti 11 kecamatan lainnya bergantung pada layanan bersalin umum atau informal.
Fakta bahwa apotek mendominasi mencerminkan logika pasar yang lebih cepat merespons permintaan daripada perencanaan layanan publik. Namun, keberadaan apotek tidak bisa menggantikan peran rumah sakit dalam layanan kuratif dan gawat darurat.
Pemerintah kabupaten perlu mempertimbangkan redistribusi fasilitas atau pembangunan terencana di wilayah dengan akses rendah. Ketimpangan yang dibiarkan akan memperbesar kesenjangan kesehatan antarwarga.
