Opini  

Petani Pembudidaya Tanaman Florikultura

Tri Cenra Wijaya adalah mahasiswa S2 program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
Tri Cenra Wijaya adalah mahasiswa S2 program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) (Dok. Madurapers, 2024).

Hasil dari petani di Pamekasan belum mampu bersaing dengan pasar luar, karena harga dari pasar di luar Pamekasan, seperti Surabaya, lebih murah. Contohnya, harga bunga sedap malam di Surabaya berkisar Rp5.000,- s/d Rp10.000,- per batang, sedangkan di Pamekasan Rp10.000,- s/d Rp15.000,- per batang. Kemungkinan hal ini disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani Pamekasan lebih banyak daripada di Surabaya.

Usaha store florist yang berkembang di Pamekasan tercatat ada sekitar lima toko florist. Berdasarkan dari data kebutuhan salah satu store florist yang berada di Pamekasan “Lentin Florist” dalam seminggu di hari biasa membutuhkan 80–150 batang, sedangkan pada bulan ramadhan permintaan meningkat sehingga kebutuhan menjadi 300–500 batang per minggu.

Sehingga, dalam hal ini perlu pengkajian tentang usaha tani pada petani bunga sedap malam untuk dapat mempertahankan keberadaan bunga sedap malam hingga jangka panjang. Utamanya, dalam menjalin kemitraan dengan pengusaha florist, sehingga pemasaran dari hasil petani tidak hanya di pasar tradisional tapi juga mampu menembus pasar modern.

 

Peran Pemerintah

Peran pemerintah sejatinya sangatlah besar pengaruhnya sebab hal ini akan berkaitan dengan kebijakan serta perlindungan bagi pelaku usaha budidaya tanaman florikultura. Sayangnya peran pemerintah daerah minim terhadap budidaya tanama florikultura ini, sebab titik fokus pemerintah setempat, yaitu pada tanaman pangan dan perkebunan saja.

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca