Opini  

Politik Oligarki dan Geneologi Konflik Partai Demokrat

Abdul Mukhlis:
Abdul Mukhlis: Alumni Program Magister Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati Sosial Politik dan Kebijakan Publik

Dalam perspektif sosiologi-politik (James Scott, 1993), dominasi kekuasaan akan melahirkan resistensi yang dapat dipahami sebagai sebuah respon terhadap suatu inisiatif perubahan. Dominasi ditandai dengan pola hubungan subordinasi (atas-bawah) yang berlangsung lama dan komunikasi satu arah sehingga dialog keterbukaan tidak dapat berkembang dengan baik, eksplisit.

Dilihat dari peta konfliknya, ketidak puasan para kader terhadap dominasi kekuasaan melahirkan resistensi yang awal munculnya dalam bentuk tertutup. Resistensi ini terakumulasi seiring menguatnya dominasi kekuasaan menjadi resistensi terbuka dengan adanya dukungan yang lebih luas.

Kalau tidak ada dominasi kekuasaan, mungkin resistensi itu tidak terjadi. Itu sebagai cerminan bahwa dalam organisasi perkambangannya bersifat dinamis. Pertanyaannya, mengapa kubu SBY-AHY harus menyerang sana-sini termasuk pemerintah kalau persoalannya ada di internal organisasi? Kalau sejak awal kondisi ini disadari, maka yang perlu dilakukan adalah konsensus politik bukan dominasi kekuasaan setelah dua kali pemilu mengalami penurunan suara.

Penulis: Abdul Mukhlis (Alumni Program Magister Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati Sosial Politik dan Kebijakan Publik)Editor: Shabir

Tinggalkan Balasan

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca