Dalam pertempuran demi pertempuran, Shalahuddin membuktikan dirinya sebagai seorang jenderal yang ulung. Namun, keunggulannya bukan hanya dalam kemampuan bertempur, tetapi juga dalam strategi diplomasi yang cemerlang. Dia mampu mempersatukan berbagai suku dan bangsa di dunia Islam, serta menjalin aliansi yang kuat dengan kekuatan-kekuatan lain, seperti Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Shalahuddin Ayyubi tidak hanya bertempur untuk merebut kembali Yerusalem dari tangan penjajah Kristen, tetapi juga untuk melindungi umat Islam dari penindasan dan kekejaman. Dengan sikapnya yang adil dan belas kasih, dia memenangkan hati banyak orang, termasuk musuh-musuhnya sendiri.
Puncak dari perjuangan Shalahuddin terjadi pada tahun 1187, ketika dia berhasil merebut kembali Yerusalem dari pasukan Salib dalam Pertempuran Hittin. Kemenangan ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah bagi dunia Islam, tetapi juga menunjukkan kekuatan dan keberhasilan strategi Salahuddin yang brilian.
Namun, kebesaran Shalahuddin tidak terbatas pada kemenangan militer semata. Setelah merebut kembali Yerusalem, dia menunjukkan belas kasih dan toleransi yang luar biasa terhadap penduduk kota, baik Muslim maupun non-Muslim.
Dia mengizinkan para penduduk Kristen untuk meninggalkan kota dengan selamat, tanpa memaksakan agama Islam kepada mereka. Tindakan ini memperkuat citra Shalahuddin Ayyubi sebagai seorang pemimpin yang adil dan penyayang.