Selama perjuangan kemerdekaan, Tjokroaminoto terus berjuang melalui Sarekat Islam. Dia menjadi salah satu tokoh utama yang memimpin perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Meskipun dia lebih memilih pendekatan non-kekerasan, namun dia tetap gigih dalam menuntut kemerdekaan bagi bangsanya.
Tjokroaminoto dikenal sebagai sosok yang karismatik dan penuh dedikasi. Dia mampu mempengaruhi banyak orang melalui pidato-pidatonya yang memikat dan tulisan-tulisannya yang menginspirasi. Pengaruhnya terhadap gerakan nasionalis Indonesia sangat besar, dan dia dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Di samping perjuangannya dalam pergerakan kemerdekaan, Tjokroaminoto juga memiliki kehidupan pribadi. Dia menikah dengan Suharsikin, seorang perempuan yang setia mendampinginya dalam perjuangan. Pasangan ini memiliki beberapa anak, yang turut mendukung visi dan misi ayah dan ibunya.
HOS Tjokroaminoto meninggal dunia pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta, Hindia Belanda. Meskipun dia telah tiada, warisan perjuangannya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi-generasi selanjutnya untuk terus berjuang demi kemerdekaan, keadilan, dan kemajuan bangsa Indonesia.
Warisan Tjokroaminoto dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia terus dihargai dan dihormati hingga saat ini. Namanya sering diabadikan dalam berbagai nama jalan, gedung, dan institusi pendidikan di seluruh Indonesia. Pengorbanannya dan kontribusinya bagi bangsa telah diakui melalui berbagai penghargaan dan penghormatan.