Dari TikTok ke Mapolres, Penghina Kiai Annuqayah Berujung Penyesalan

Imam Bakri saat berada di Mapolres Sumenep untuk dimintai klarifikasi pada Jumat (23/08/ 2024) tadi malam. (Sumber Foto: Fauzi). 

Sumenep – Ratusan anggota Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) dengan cepat mendatangi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Jumat (23/08/ 2024) tadi malam.

Langkah ini merupakan respon cepat terhadap penghinaan yang dilakukan oleh salah satu perangkat Desa Lalangon, Kecamatan Manding, terhadap almarhum KH A. Warits Ilyas, seorang Kiai dari Pondok Pesantren Annuqayah.

Penghinaan tersebut dilakukan oleh seorang bernama Imam Bakri melalui akun TikTok miliknya, @Bakri Koncehp. Dalam komentarnya di akun TikTok “Sumenep Menyala,” Bakri menuliskan kalimat kontroversial yang menyulut amarah para alumni Annuqayah.

Komentarnya berbunyi dalam bahasa Madura “K. Waris daddi DPR RI pessena pera’ ebaddai dibi’. Bida jau sama Pak Said ollena daddi DPR RI edu’um.” (K. Waris jadi DPR RI uangnya hanya dimiliki sendiri. Beda dengan Pak Said, hasilnya jadi DPR RI untuk dibagi-bagikan).

Tindakan ini memicu kemarahan ratusan alumni Annuqayah yang kemudian mendatangi Mapolres Sumenep dan sebagian lainnya menuju rumah Kepala Desa Lalangon. Mereka menuntut agar pelaku penghinaan segera diproses secara hukum.

Tak butuh waktu lama, dalam waktu kurang dari dua jam, pihak Polres Sumenep langsung bergerak dengan menghubungi Kepala Desa Lalangon. Akhirnya, Imam Bakri datang ke Mapolres Sumenep dengan didampingi Kepala Desa Lalangon untuk dimintai keterangan.

Saat dimintai klarifikasi, Bakri mengakui kesalahannya dan menyatakan penyesalan. “Saya khilaf dan mengaku bersalah,” ucapnya di hadapan penyidik.

Menanggapi insiden tersebut, putra almarhum KH A. Warits Ilyas menyampaikan apresiasinya kepada para alumni yang telah menunjukkan sikap santun sebagai santri dengan tidak bertindak anarkis.

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca