“Pakaian cuma yang saya pakai ini. Bahkan kopiah ini pun milik cucu saya,” ucap Musji sembari menunduk, menyeka air mata yang nyaris tumpah.
Musji juga mengaku bingung soal asal mula api. Ia menyebut tidak ada aktivitas memasak atau sumber api terbuka di rumah saat kejadian. Dapurnya yang juga hangus, bahkan tidak menggunakan gas LPG.
“Saya juga heran dari mana api itu muncul. Tidak ada gas, tidak sedang menyalakan api,” ujarnya.
Kondisinya yang kini sebatang kara, tanpa rumah, tanpa harta, hanya mengandalkan uluran tangan dan harapan.
“Semoga pemerintah peduli dan membantu kami. Saya sudah tua, tidak punya apa-apa lagi,” ungkap Musji, penuh harap.
Menanggapi peristiwa tersebut, Penjabat (Pj) Kepala Desa Tlagah, Ayyub, menyatakan akan segera melaporkan kejadian ini kepada Pemerintah Kabupaten Sampang agar mendapatkan penanganan.
“Mudah-mudahan dapat perhatian secepatnya,” ujar Ayyub singkat.
Kini, yang tersisa di Dusun Toguran hanyalah puing rumah yang menjadi saksi bisu betapa cepat segalanya bisa berubah dalam sekejap. Musji hanyalah satu dari sekian banyak warga kecil yang berharap negara hadir saat semuanya telah tiada.