Mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan mengejutkan dunia sastra Indonesia dengan puisinya yang berjudul “Cinta yang Membunuh tanpa Mengakhiri.” Dalam ajang lomba cipta puisi tingkat nasional di Probolinggo, ia sukses merebut juara pertama dengan karya penuh emosi dan kritik sosial.
I. SEPTEMBER HITAM MENGHADAP TRAGEDI September hitam menghadap tragedi Denging peluru lari-lari! tanah darah…
I. BERCUMBU DENGAN HUJAN tubuhmu setengah telanjang bersyair di kamar mandi membawa sekarung kalajengking…
1. BRUMBUNG I Semoga kau mengalir memenuhi cekungan sumur Kambangkan daun-daun kering pohon hujan…
Telah kau anugrahkan
Keindahan pada lekuk wajahnya
Menjadikan sejuta bintang kalah atas dirinya
Dan telah lama tak kupandang
I. Cerita Bolpoin Ada bolpoin yang mau didengar perihal ceritanya sepuluh tahun menulis sejuta tamu…
Black Opium Dalam Pelukmu Keharumannya menjelma ketenangan Rindu yang tertata rapi di pemujaan telah kutemukan…
Puisi-Puisi Moh. Ridlwan
Sepasang sandal karet lima belas ribu
Sudah pipih ditindih perih beban tubuhku
Meski lapuk sesudah perjalanan jauh
Kiri kanan, beda tapi selalu saling butuh
“Bukan usia atau tulisan yang paling akhir mencintai kata-kata”
