Black Opium Dalam Pelukmu
Keharumannya menjelma ketenangan
Rindu yang tertata rapi di pemujaan telah kutemukan semerbak kopi dan vanila sebagai penangkal,
Menyatu sempurna dengan orange blossom, melati, dan buah pir.
Hangat tubuhmu adalah tempatku berlindung
Dari cercaan waktu atas rindu yang menggebu
Kurapikan diri dalam kabut petang
Hingga tak kutemui lagi desahan selain nafasmu
Tersentak, bayangmu yang mengundang lamun
Membuatku samar atas waktu
Jelmaan tubuhmu yang kurengkuh ternyata sebatas delusi
Tanganku masih menggenggam wangi black opium, menghipnotis jiwa dari segala penjuru dunia.
Kokop, 16/12/21
Senyum Simpul Kematian
Senyummu selalu mengantarkanku pada keputusasaan
Ketidaktulusan adalah tafsiran akan takdir yang memaksa
Jiwa-jiwa kehilangan
Kabar duka menyedihkan
Selalu tak pernah lekang dari bumi kehidupan
Pada jendela fajar paling membentang
Kematian laksana senja yang menjemput petang
Tak ada secercah cahaya menyelinap setelahnya
Selain doa ikhlas dari jiwa yang tertinggal
Se erat senyum simpul yang kau suguhkan
Membuatku terlalu kegirangan
Mengira kau akan sepenuh lalang berkawan
Nyatanya kau tawarkan sebagai simbol kepergian.
Kokop, 16/12/21
Romansa
Ingatan itu,
Kau tawarkan pada gerimis manja di pipiku
Mata yang sayu
Senyum pilu
Jadikan aku bak tawanan kecil memprihatinkan
Membelai basah lelahmu
Menggenggam segala bentuk perih itu
Wujud pasrah di pangkuanku
Adalah semerbak kenang paling dirindukan