Opini  

Wajah Baru Arab Saudi

Madurapers
Saudi Arabiya
Bendera Arab Saudi (Sumber foto: Wikimedia)

Selain itu, perempuan juga sudah bisa bekerja ditempat umum dan menduduki bidang-bidang tertentu yang sebelumnya tidak diperbolehkan seperti menjadi tentara, olahragawati dan posisi strategis dipemerintahan.

Untuk masalah pakaian, perempuan sudah tidak wajib lagi menggunakan abaya namun tetap berpakaian sopan. Kebijakan tersbut diberikan untuk memermudah bagi perempuan dalam melakukan aktivitas sosial.

Membuka Bioskop
Untuk menarik investror dari negara lain, Arab Saudi mencabut larangan membuka bioskop yang sudah berumur 35 tahun. Arab Saudi melarang Bioskop sekitar tahun 1983 dikarenakan menganggap bioskop merupakan media edukasi yang berbau porno yang notabene dari Hollywood.

Pada tahun 2018, tepatnya Rabu 18 April, Arab Saudi membuka bioskop pertama kali yang terletak di gedung Sinfoni di Riyadh, Ibu Kota Saudi Arabia. Bahkan masih ada rencana pembangunan bioskop sebanyak 200 yang diinvistori oleh Meksiko.

Aturan dalam pemanfaatan bioskop ini tidak jauh berbeda dari negara lain, di sana tidak ada pembatas antara laki-laki dan permpuan—bebas berbaur. Selain untuk menarik investor asing, pembangunan biokop dilakukan agar warga Arab tidak menghambur-hamburkan uangnya ke luar negeri yang sudah lebih dahulu menfasilitasi bioskop seperti di Dubai, UEA , Qatar serta negara-negara Timur Tengah lainya yang lebih dahulu melakukan reformasi ekonomi dan sosial.

Membangun Tempat-Tempat Hiburan
Selain membangun bioskop, Saudi Arabia juga membangun tempat-tempat hiburan lain untuk membangkitkan rasa modernisasi seperti musik, taman olahraga, sepak bola, sirkuit dan beberapa hiburan lainya. Pembangunan sejenis ini diformulasikan untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi.

Reformasi yang dilakukan oleh MBS cukup mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Negara yang sebelumnya memiliki sistem ultra konservatif di semua sistem, kini menjadi negara yang bebas dalam konteks sosial-ekonominya.

Secara politik, masih tetap sama dalam sistem monarki absolut. Pada politik sendiri Arab Saudi justru sangat menolak adanya Arab spring di mana pesta demokrasi akan mengubah wajah baru sebagaimana yang terjadi di negara Timur Tengah, layaknya Mesir.

Perubahan ekonomi sosial yang dibangun oleh MBS menimbulkan pertanyaan antara modernisasi atau westernisasi. Sebab perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut seperti duplikasi gaya kebarat-baratan. Bukan lagi khas Timur Tengah yang sangat konservatif.

Modernisasi yang dimasukan ke Arab ala-ala modernisasi barat, bukan konstruksi dari dunia Arab sendiri untuk membedakan antara modernisasi ala barat dengan modrnisasi ala Timur Tengah. Tidak ada yang berbeda selain politiknya yang masih monarki absolut. Bahkan kebijakan ini akan menyeret masyarakan Arab ke penjera jika berani membantah kebijakan revolusi ekonomi dan sosial ini.

 

Ma’iyah Arrosyid, Tampojung Tengah, Waru, Pamekasan. Mahasiswi semester akhir Universitas Respati Yogyakarta. Prodi S1 Hubungan Internasional. Mantan ketua Himpunan Muslimah (HMMAH) FKMSB wilayah Yogyakarta.