Hikmah  

Cara Mengetahui Kebenaran Iman

Ustadz Adi Hidayat Lc., MA (Sumber: Kanal YouTube adihidayat official)

Bangkalan – Beriman kepada Allah S.W.T., bukan hanya sebatas mengucapkan dua kalimat syahadat atau kalimat syahadat, tapi harus dibuktikan dengan tindakan nyata sesuai dengan perintah Allah S.W.T.

Kalimat syahadat ini merupakan rukun Islam yang pertama. Kalimat ini merupakan prinsip dasar yang menjadi penentu keabsahan (diterima atau tidak) amalan manusia sebagai hamba Allah S.W.T.

Amalan akan sah dan diterima oleh Allah S.W.T., apabila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah S.W.T., dan mengikuti (mutâba’ah) sunnah Rasulullah Muhammad s.a.w.

Namun demikian, orang beriman kepada Allah S.W.T., dengan mengucapkan dua kalimat kesaksian (Allah dan Rasul), harus sesuai dengan perilaku dan sikapnya (amalan) sebagai bukti nyata atas keimananNya. Implementasi amalan tersebut tentu harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah S.W.T.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA (UAH), jika ada orang yang mengatakan bahwa dirinya beriman atau yakin tanpa ragu kepada Allah S.W.T., pada setiap ketentuanNya yang dibawa dan ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w., maka pembuktiannya dapat dilihat pada amal shalehnya.

Lalu, amal shaleh seperti apa yang dapat dijadikan sebagai pembuktian bahwa orang itu beriman kepada Allah S.W.T? Berikut penjelasan UAH yang dilansir Madurapers dari video UAH di laman YouTube https://youtu.be/w_GeZ7kvpa4 yang diunggah pada hari Kamis, 19 Agustus 2021.

UAH menjelaskan bahwa pembuktian orang beriman kepada Allah S.W.T., dapat dilihat ciri iman orang itu dari amal shalehnya. Amal shaleh tersebut terlihat pada amalan ritual dan amalan sosialnya. Kedua amalan ini tampak pada perilaku dalam kehidupan orang yang mengatakan beriman tersebut.

Amalan ritual orang beriman akan tampak terlihat pada ibadah shalatnya, termasuk shalatnya dilaksanakan tepat waktu. UAH menjelaskan hal ini dengan mengutip al-Qur’an surat Thaahaa ayat ke-14. Dalam surat ini al-Qur’an menjelaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah agar melaksanakan shalat untuk mengingat Allah.

Orang beriman ketika mendengar suara adzan (panggilan shalat lima waktu, termasuk shalat Jumat) hatinya akan bergetar. UAH menjelaskan hal ini dengan mengutip al-Qur’an surat Al Anfaal (Rampasan Perang) ayat ke-2. Dalam surat ini al Qur’an menjelaskan bahwa orang beriman ketika disebut nama Allah hatinya bergetar dan apabila dibacakan ayat al-Qur’an maka bertambah imannya kepada Allah.

Artinya, menurut UAH orang beriman kepada Allah adalah orang yang melaksanakan shalat. Semakin tepat waktu shalatnya, semakin kualitas imannya bagus. Hal ini dijelaskan oleh UAH dengan mengutip al-Qur’an surat An Nisaa’ (Wanita) ayat ke-103. Dalan surat ini al-Qur’an menjelaskan bahwa perintah mendirikan shalat dan mengingat Allah dalam kehidupan orang beriman.

Amalan sosial orang beriman dijelaskan oleh UAH tampak terlihat pada perilaku sosialnya. Orang beriman akan menjaga lisan, mata, dan seluruh anggota tubuhnya dengan baik.

Mengutip al-Qur’an surat An Nuur (Cahaya) ayat ke-30-31, UAH menjelaskan bahwa orang beriman akan menjaga pandangannya. Orang beriman akan menjaga ucapannya, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat Al Hujuraat (Kamar-kamar) ayat ke-11-12, yang menjelaskan bahwa orang beriman agar tidak merendahkan, mencela, mengejek, berburuk-sangka (curiga), mencari keburukan, dan mengunjingkan orang lain.