Tokoh  

Ismail Banda Tokoh Al Jamiyatul Washliyah

Foto Ismail Banda (sumber: Kabar Washliyah.com)

Ismail Banda merupakan salah satu tokoh pendiri Al Jamiyatul Washliyah atau dikenal dengan sebutan Al Washliyah. Organisasi Islam ini didirikan pada hari Minggu, 30 November 1930 M/9 Rajab 1349 H, di Tanah Deli (sekarang kota Medan), Sumatera Utara, Hindia Belanda.

Tujuan pendirian organisasi ini mempersatukan umat Islam dari perpecahan akibat perbedaan pandangan. Tujuan ini diimplementasikan organisasi ini melalui jalur dakwah, pendidikan, dan sosial.

Ismail Banda lahir di Tanah Deli (Medan) pada tahun 1910 dari pasangan suami-isteri, Banda dan Sariani Aminah, Kampung Siei Mati, Tanah Deli (Medan), Sumatera Utara, Hindia Belanda. Ismail Banda wafat di Teheran, Iran, pada 22 Desember 1951 akibat kecelakaan pesawat Misrair yang ditumpanginya.

Dia dikenal sebagai ulama, aktivis, dan diplomat. Dia memperoleh: (1) gelar ahliyah dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tahun 1930, (2) ijazah ulama dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tahun 1937, (3) gelar BA (Bachelor of Arts) atau sarjana muda jurusan Filsafat dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tahun 1940, (4) gelar MA (Master of Arts) jurusan Filsafat dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tahun 1942, dan (5) ijazah dalam Bahasa Inggris dari Cambridge University, Cambridge, Inggris, tahun 1944.

Di Mesir, dia aktif di perkumpulan Jamiyah Chiriyah Jawiyah, pendiri perkumpulan Kemerdekaan Indonesia Kairo, pembantu tetap “Pewarta Deli” dan “Pemandangan”, staf redaksi surat kabar berbahasa Arab “Icksan”, dan penyiar radio di luar negeri (Timur Tengah) untuk menyiarkan kemerdekaan negara Indonesia.

Di lembaga Pemerintahan Republik Indonesia, awalnya dia bekerja sebagai pegawai Departemen Agama (sekarang: Kementerian Agama), namun dia kemudian pindah ke Kementrian Luar Negeri (sekarang: Kementerian Luar Negeri). Oleh karena itu, sejak tahun 1948 hingga tahun 1951 dia bekerja di Kementrian Luar Negeri.

Pada tahun 1948 dia menjadi refrendaris Kementrian Luar Negeri di Yogyakarta, tahun 1950 menjabat sebagai kuasa usaha (perwakilan) pada Kedutaan Besar Indonesia di Teheran, negara Iran, dan tahun 1951 menjabat sebagai kuasa usaha pada Kedutaan Besar Indonesia di Kabul, negara Afganistan.

Sebelum berangkat bertugas ke Afganistan, Ismail Banda mau mampir dulu ke Mesir dan Iran. Namun, pesawat Misrair SNCASE Languedoc, register SU-AHH, penerbangan Bandara Baghdad, Iraq-Bandara Teheran, Iran, yang ditumpanginya mengalami kecelakaan akibat badai salju di Bandara Teheran, Iran, pada hari Sabtu, 22 Desember 1951. Akibat kecelakaan tersebut, Ismail Banda beserta 14 penumpang serta 5 awak pesawat meninggal dunia.