Kisah UMKM Jahit yang “Hidup Kembali” Usai Ditantang Wali Kota Eri Cahyadi

UMKM Jahit
UMKM Jahit di Kota Surabaya (Sumber: Pemkot Surabaya, 2022).

Surabaya – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi benar-benar mampu mengubah sebuah masalah menjadi berkah bersama, Rabu (13/4/2022).

Salah satu buktinya, UMKM Jahit di Surabaya seakan mampu hidup kembali dan terlahir kembali setelah ditantang oleh Wali Kota Eri untuk memproduksi seragam sekolah.

Salah satu pelaku UMKM Jahit yang akhirnya hidup kembali adalah Pak Bambang Siswanto. Ia bangkit dari belenggu mental, menang atas dirinya sendiri.

Ketakutan dari masa lalu yang bertahun-tahun menyandera pikirannya, akhirnya bisa ia tepiskan. Ia menemukan keberaniannya untuk kembali menjadi penjahit seutuhnya.

“Dulu pernah ada orang yang mengatakan saya, kamu jangan ngaku taylor kalau belum bisa bikin jas. Rasanya sakit sekali mendengarnya. Akhirnya, saat itu saya memutuskan untuk membuka kios permak saja daripada bikin taylor tapi hasilnya diragukan orang, jadi mending buka permak bisa jahit, biar bisa beri service lebih ke pelanggan,” kata Pak Bambang.

Setidaknya sudah hampir 10 tahun Pak Bambang buka usaha permak. Namun, baru kali ini ia punya kepercayaan diri untuk kembali jadi penjahit baju.

“Setelah saya ketemu tim Super dan diberi garapan, saya melihat produksi dikelola dengan rapi, hak dan kewajiban semuanya tertulis. Dari situlah saya mulai membuka hati untuk menjadi penjahit tulen lagi,” ujarnya.

Apalagi, saat ini ia mampu menerima tantangan Wali Kota Eri untuk memproduksi dan menjahit seragam sekolah. Tentunya, ini jauh lebih gampang dibanding permak.

“Kalau permak itu, saya kadang sampai lupa apa saja yang harus dipermak, kalau seragam kan gampang banget. Sambil merem juga sudah jadi. Kalau garapan jahit seragam ini banyak dan konsisten, nanti tak tutup aja permaknya, saya tak jadi penjahit baju aja,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia pun menyampaikan terimakasih banyak kepada Wali Kota Eri dan jajaran Pemkot Surabaya serta tim Super yang telah memberikannya kesempatan untuk menjadi penjahit tulen. Menurutnya, inilah impian yang selama ini ditunggu-tunggu.

“Terimakasih banyak Pak Eri dan teman-teman pemkot serta tim Super. Saya merasa bergairah lagi untuk menjalani hidup,” ujarnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ibu Mujiati, Penjahit Super Bentul Wonokromo. Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, ia menghidupi tiga anaknya dengan jadi penjahit.

Bahkan, hingga punya empat cucu, ia terus semangat menjahit. Semangatnya tak pudar meski usianya sudah 62 tahun, dia pun tak mau kalah dengan penjahit muda lainnya.

“Akhir-akhir ini memang sepi jahitan karena pandemi. Saya berpikir bagaimana caranya supaya dapat garapan jahit? Carinya di mana? Saya sampai bingung. Dari situ saya didatangi tim Super untuk diajak bergabung dan akhirnya bergabung hingga sekarang,” kata Ibu Mujiati.

Bahkan, ia pun mengajak beberapa tetangga untuk membantunya dengan pekerjaan sederhana seperti melipat, menyeterika, dan juga membersihkan bekas benang. “Jadi, berkah itu harus dibagi-bagi,” katanya.

Bu Mujiati adalah satu dari 316 penjahit yang bergabung menjadi Penjahit Super tahun ini. Memasuki tahun 2022, tim Super menjangkau lebih banyak penjahit di Kota Surabaya, yang mana sebagian besar adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).