Sumenep – Sebanyak 55 (lima puluh lima) mahasiswa Program Studi Sarjan (S1) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ikuti yudisium semester ganjil tahun akademik 2021/2022, Kamis (24/2/22).
Diketahui, pelaksanaan Yudisium di tengah Pandemi Covid-19 saat ini tetap menerapkan protokol kesehatan ketat, seperti menggunakan masker, sarung tangan, menyiapkan handsanitizer, menjaga jarak, dan lainnya.
Pelaksanaan Yudisium dilaksanakan di Aula Lantai III kampus setempat. Di sela-sela acara, mahasiswa beserta pengelola yang hadir merayakan Diesnatalies ke-37 STKIP PGRI Sumenep.
Puluhan mahasiswa yang mengikuti yudisium tersebut terdiri dari 4 (empat) angkatan; angkatan tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017.
Meliputi enam Program Studi (Prodi); Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek).
Ketua STKIP PGRI Sumenep, Asmoni, dalam sambutannya mengatakan bahwa sebanyak 55 (lima puluh lima) mahasiswa yang mendapatkan mendapatkan gelar S.Pd ini bisa digantikan oleh mahasiswa baru.
Menurutnya, delapan tahun menempuh pendidikan di perguruan tinggi bukanlah waktu yang sedikit. Selama berproses, kata dia, banyak pelajaran dan pengabdian yang telah didapatkan.
“Mari kita renungkan apa yang telah didapatkan selama kuliah, apakah sudah betul dan layak,” kata Asmoni kepada sejumlah mahasiswa, Kamis (24/2/22).
Selain itu, dirinya berpesan kepada puluhan mahasiswa, aga bisa menjaga almamater dengan gelar yang sudah didapatkan.
“Kalian akan kembali ke tengah masyarakat, makanya tetap jaga nama baik STKIP. Nama baik kampus tercinta kita ada di pundak kalian semuanya,” ajak Asmoni kepada peserta Yudisium.
Setelah mendapatkan gelar sarjana, lanjut Asmoni, tetep menjadi kepribadian diri sendiri, bukan orang lain.
“Artinya, sebagai lulusan STKIP memiliki karakter yang baik dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat dengan ilmu yang didapat selama kuliah,” kata Asmoni menerangkan.
“Dengan memaksimalkan apa yang sudah dipelajari, keberadaan kita akan dipandang,” sambungnya.
Di penghujung sambutannya, pihaknya memberikan wejangan kehidupan guna menuai keberhasilan dalam hidup. Salah satunya dengan Bhappa’ Bhapbhu’ Ghuru, Rato (Madura-red). Yang memiliki arti, hormatilah orang tua sendiri sebelum menghormati guru dan raja.
“Falsafah madura yang satu ini jangan sampai hilang. Semoga tetap menjadi tradisi sebagai warga Madura, khususnya di Sumenep,” tandasnya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.