Opini  

Demo, Demokrasi, dan Democrazy

Hoirul Anam
Hoirul Anam, Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Sumber Foto : Madurapers. 2022).

Bulan April 2022 sepertinya agak berbeda dengan bulan april tahun sebelumnya, selain bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, tahun ini bisa dikatakan bulan atau tahun panggung demokrasi.

Di bulan ini para mahasiswa dan para buruh di seluruh pelosok Indonesia berdemonstrasi menuntut bermacam-macam tuntutan, mulai dari isu perpanjangan masa jabatan presiden Joko Widodo yang digaungkan salah satu mentri dan ketua partai politik.

Tak hanya itu saja, mereka (mahasiswa dan buruh, red.) menolak kenaikan harga BBM dan bahan pokok yang dianggap membuat rakyat miskin di Indonesia semakin menjerit.

Berbagai lembaga dan aliansi mahasiswa serentak turun ke jalan; mulai dari aliansi yang bersifat ekstra kampus atau intra kampus. Menurut mereka tujuan demonstrasi dianggap hal positif, bahkan wajib hukumnya dengan alasan memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas oleh rezim yang berkuasa yang didukung kapitalis atau oligarki.

Perbedaan memang tidak bisa dihindari, misalnya terdapat segelintir orang kontra terhadap demonstrasi yang mahasiswa lakukan. Alasannya begitu sederhana, menurut mereka demo sudah usang serta sia-sia, bahkan menimbulkan kerusakan dimana-mana. Jadi, bisa dianggap gerakan mereka bukan demo akan tetapi democrazy.

Menanggapi argumentasi tersebut, mahasiswa selalu menggaungkan dengan konsep bentuk negara demokrasi yang dianut oleh ideologi dan konstitusi negara Indonesia, dimana demo merupakan representasi dari demokrasi; kebebasan berpendapat.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca