Jakarta – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Nusantara, alias BEMNUS, nyatakan kritik kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) perihal kinerjanya yang dinilai mempermainkan rakyat.
Koordinator Pusat (Korpus) BEMNUS, Eko Pratama, menilai kinerja Kemenkes RI sejauh ini telah mempermainkan rakyat. Menurutnya, hal itu dibuktikan dengan adanya dugaan kebocoran data penduduk Indonesia melalui aplikasi e-HAC milik Kemenkes RI.
“Belum lagi persoalan yang baru-baru ini viral, penumpang gagal terbang diduga karena aplikasi e-HAC dan PeduliLindungi sedang bermasalah,” ungkapnya melalui rilis yang disebar di grup WhatsApp BEMNUS, Selasa (07/09/2021).
Selain itu, dirinya juga mengaku sangat kecewa terhadap Kemenkes RI, yang dianggap telah menjadikan rakyat sebagai kelinci percobaan pada sebuah terobosan yang belum teruji keamanannya.
“Kalau belum siap untuk menerapkan teknologi jangan dulu dipakai. Masyarakat jangan dijadikan percobaan atas terobosan yang belum aman untuk digunakan,” tegasnya.
Berpaling mata dari kasus bocornya data penduduk Indonesia melalui dua aplikasi milik Kemenkes RI, ternyata juga masih ada dugaan kasus lain di dalamnya, yaitu soal rangkap jabatan.
“Salah satu Dirjen di Kemenkes merangkap jabatan jadi Komisaris Utama Kimia Farma. Hari ini semua pasang mata sedang tertuju pada penanganan pandemi Covid-19, yang serius lah kalau kerja,” lanjut Eko.
Hingga saat ini kondisi masih dibuat kalang kabut dengan merebaknya mafia alat kesehatan, harga PCR dan antigen yang dianggap belum merata oleh BEMNUS, walaupun hal itu sudah ada instruksi dari Presiden yang mengindikasikan buruknya kinerja Menteri Kesehatan hari ini. Bahkan menurutnya di berbagai daerah, obat Covid-19 masih sulit untuk didapat.