Puisi  

Puisi-Puisi Moh. Zainur Rozy

Ilustrasi wajah

 

Kemarin kau telah mekar

Tersiram sesuatu yang mungkin bukan aku

Sebab, ambigu masih menyelimuti dalam kalbu

Tanpa sebab itu pasti bukan diriku

 

Senang maupun duka

Dunia itu telah lama singgah

Mencariku dikala senja membara

Terbenam saat rasa trauma telah ada

 

Aku masih sanggup berjalan

Meski duri di kaki meneteskan darah

Menuliskan simbol kekuatan asa

Yang berkiprah tanpa ada rasa

 

Trauma telah datang

Mendekapku dari belakang

Sebab, dirimu mulai menghilang

Menjadi debu yang terseret arus kenangan.

Annuqayah, 2022

 

(5) Aku Menantimu Ronggo Lawe

 

Masih saja aku terpuruk

Dengan prasangka-prasangka kantuk

Yang sering kali menyapa dikala nikmatnya duduk

Atau kadang menjengukku saat terbatuk-batuk

 

Masih saja ku ucapkan kalimat-kalimat sama

Bersama sandaran duri menusuk bianglala

Dan kuncup bunga mekar

Tandas akibat ucap yang sedemikian rupa

 

Demikian pula sajak ini

Berkumpul di singgasana mimpi

Menjadi bait-bait bertopeng di seluruh negeri

Dan tipuan bahwa dirinya sedang bersedih

 

Lama tidak jumpa

Hikayat cerita penuh penghabisan

Bersama riak-riak yang berpadu gelombang

Berdebur bersama petir menggelegar

Aku tetap disana menantimu dalam semar

Annuqayah, 2022

 

(6) Hujan yang Tertunda

 

Perasaan ini terus menusuk

Detak kalbu yang kian menutup

Tanpa kedip bintang dan penuh tawa

Masih berdiri tanpa senyum di dada

 

Aku masih bingung

Bunga itu berlarian berpecah-pecah

Menjadikan daunnya alas para ulat lapar

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca