Kebusukan Intelektual Penjilat Kekuasaan: Ketika Akal Sehat Diperdagangkan Demi Kepentingan Pribadi

Ilustrasi kebusukan intelektual yang muncul dari perilaku penjilat kekuasaan menjadi salah satu masalah yang merongrong fondasi keadilan dan moralitas dalam sebuah masyarakat.
Ilustrasi kebusukan intelektual yang muncul dari perilaku penjilat kekuasaan menjadi salah satu masalah yang merongrong fondasi keadilan dan moralitas dalam sebuah masyarakat (Dok. Madurapers, 2024).

Bangkalan – Kebusukan intelektual yang muncul dari perilaku penjilat kekuasaan menjadi salah satu masalah yang merongrong fondasi keadilan dan moralitas dalam sebuah masyarakat.

Fenomena ini telah terjadi di berbagai belahan dunia, dimana individu atau kelompok dengan kapasitas intelektual yang tinggi menggunakan kecerdasannya untuk memperkuat atau mempertahankan posisi kekuasaan, tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin timbul bagi keadilan dan kesejahteraan umum.

Penyalahgunaan Kekuasaan dan Intelektualitas

Para penjilat kekuasaan sering kali memanfaatkan kecerdasan dan pengetahuannya untuk memanipulasi informasi, mengelabui masyarakat, serta menindas dan menekan lawan-lawan politik atau kritikusnya.

Mereka cenderung menggunakan retorika yang meyakinkan, argumentasi yang cermat, dan strategi komunikasi yang memanfaatkan kerentanan emosional dan kebutuhan masyarakat untuk mengamankan dukungannya.

Manipulasi dan Pembodohan Publik

Salah satu taktik yang sering digunakan oleh penjilat kekuasaan adalah manipulasi informasi atau bahkan pengetahuan.

Mereka menggunakan kecerdasannya untuk mengubah narasi, menyajikan fakta yang dipilih dengan cermat, dan menyembunyikan kebenaran yang tidak menguntungkan bagi kepentingannya.

Dengan demikian, mereka menciptakan citra palsu tentang dirinya sendiri dan melabeli lawan-lawan politiknya sebagai musuh atau pengacau, tanpa mempedulikan integritas dan kebenaran.

Ketidakadilan dalam Sistem Hukum

Kebusukan intelektual penjilat kekuasaan juga tercermin dalam sistem hukum (di suatu negara atau pemerintahan) yang tidak adil.

Mereka sering menggunakan kecerdasan dan pengetahuannya untuk menghindari pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hak asasi manusia.

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca