Opini  

Revolusi Industri 4.0, Generasi Milenial, dan Penelitian Sosial

Mohammad Fauzi, Penasehat Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD).
Mohammad Fauzi, Penasehat Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD).

 Di era revolusi industri 4.0 generasi langgas memilih profesi sebagai peneliti pasca pendidikan perguruan tinggi adalah pilihan yang sangat strategis. Hal ini karena, pertama, revolusi industri 4.0 membawa dampak integrasi manusia dan mesin serta perubahan fundamendal (disrupsi) pada kehidupan sosial masyarakat (Prasetyo dan Trisyanti, 2019) sehingga dibutuhkan penelitian pengembangan/R&D yang berorientasi pada penemuan potensi masalah dan prediksi penanganannya di masa depan (Kemenristekdikti, 2019b).

Kedua, era revolusi industri 4.0 mendorong pemerintah (nasional dan daerah), perusahaan (negara dan swasta), dan PTN/PTS untuk terus melakukan inovasi teknologi dan sosial untuk meningkatkan daya saing yang berpengaruh positif pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat dan pembangunan negara Indonesia (DRN, 2018). Temuan inovasi ini diperoleh melalui penelitian pengembangan/R&D (DRN, 2018).

Ketiga, di era revolusi industri 4.0 jumlah peneliti pada angkatan kerja proporsinya di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Proporsi 1 juta orang per angkatan kerja hanya mampu dicapai Indonesia sebesar 0,04 (360 orang) tahun 2009.

Pada tahun tersebut, SDM IPTEK pemerintah yang melakukan R&D hanya 70.431 orang peneliti dengan komposisi 58,11% (40.930 orang) peneliti dan sisanya 41,89% (29.501 orang) adalah teknisi dan staf pendukung.

Di PTN/PTS ada 22.102 orang peneliti yang melakukan penelitian R&D, tetapi penelitiannya berorientasi akademis dan mayoritas tidak terkoneksi dengan stakeholders penelitian lain (enterpreneurs dan profesional), pemerintah, pelaku industri, dan pemecahan masalah sosial di masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca