Kemajuan teknologi komunikasi digital (digital communication technologies/DCT’s)—temuan penelitian terapan (applied research) di era generasi milenial (millennials)—mendorong globalisasi memasuki era baru, yakni globalisasi 3.0 (globalization 3.0) (Friedman, 2007).
Klaus Schwab (2016) mengkategorisasikan era ini ke dalam revolusi industri keempat (fourth industrial revolution). Revolusi industri 4.0 (industry 4.0) ini terjadi sekitar tahun 2010-an melalui teknologi digital, yang berkembang dan didorong oleh teknologi Komputasi Awan (Cloud Computing), teknologi Big Data, Internet untuk Segala (Internet of Things/IoT), dan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) (Gunarto, 2018).
Kemajuan teknologi ini sebagai penyanggah utama pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin serta mendisrupsi (merubah secara fundamental) pelbagai kehidupan sosial masyarakat. Pada bidang politik mendisrupsi (disrupt) regulasi dan program kerja pemerintahan, di bidang sosial mendisrupsi struktur sosial masyarakat, di bidang budaya mendisrupsi pola pikir manusia, dan di bidang ekonomi mendisrupsi model kepemilikan bisnis berbasis kolaboratif (Prasetyo dan Trisyanti, 2019).
Di sektor lapangan usaha, implikasinya terjadi otomatisasi berbasis komputer yang membuat produksi semakin meningkat dan menghemat waktu dan biaya produksi. Namun demikian, dampak buruknya terjadi lonjakan pengangguran akibat tergantikannya tenaga manusia dengan mesin.
Menurut penelitian WEF (World Economic Forum) tahun 2018, otomatisasi di pelbagai sektor lapangan usaha memediasi terjadinya transformasi tenaga kerja (workforce). Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat jenis pekerjaan yang tetap stabil, meningkat, menghilang, dan baru di pelbagai sektor lapangan usaha.
Salah satu jenis pekerjaan yang meningkat peranannya di pelbagai sektor lapangan usaha industri adalah penelitian dan pengembangan (research and development/R&D). Daya serap tenaga kerja R&D di sektor lapangan usaha ini pangsanya meningkat sebesar 10% (WEF, 2018).
Di Indonesia lapangan pekerjaan ini banyak diisi oleh angkatan kerja generasi milenial (generasi langgas) lulusan diploma dan sarjana PTN/PTS. Jumlah angkatan kerja ini pada Triwulan 1 bulan Februari Tahun 2019 sebesar 20.190.527 (10,28%) dari jumlah total angkatan kerja sebesar 196.462.765 (BPS RI, 2019a: 227).
Berdasarkan fakta sosial tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa secara paralel peranan peneliti sosial di era revolusi industri 4.0 juga sangat dibutuhkan di pelbagai sektor lapangan usaha, baik di lembaga pemerintah dan swasta.
Penelitian sosial ini—khususnya temuan dan rekomendasi penelitian—pada tingkat struktural kelembagaan pemerintah dan swasta akan memberikan kontribusi besar pada performansi/kinerja organisasi pemerintah dan swasta sehingga produk kebijakan, program kerja, pelayanan, dan produk lainnya berhasil dan berdaya guna (efektif dan efisien).
Pada tingkat pembuat kebijakan dan pekerja lain, penelitian ini—khususnya produk penelitian—dapat menjadi referensi untuk pembentukan/peningkatan kapasitas pemahaman pada permasalahan sosial yang muncul di masyarakat dan perbaikan kehidupan sosial masyarakat.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.