Bangkalan – Pemimpin atau kepemimpinan pemerintahan sekarang (era Joko Widodo atau Jokowi, red.) banyak dikritisi oleh pelbagai kalangan, Rabu (13/12/2023).
Banyak dari kalangan aktivis hukum, HAM, politik, dan demokrasi mengkritisi pelaksanaan hukum dan kebebasan politik dan sipil di Indonesia.
Kepemimpinan pemerintahan—yang dimaksudkan dalam hal ini—adalah kepemimpinan era Jokowi. Kepemimpinan pemerintahan—menurut terminologi (konsep, peristilahan, atau definisi) ilmu pemerintahan (politik)—merupakan kemampuan atau kemahiran seorang pemimpin dalam pemerintahan dalam mempengaruhi orang lain dalam pencapaian tujuan pemerintahan.
Menurut Mashuri Arow mantan aktivis reformasi 1998, kepemimpinan pemerintahan sekarang naif. Hal ini karena di awal kepemimpinannya penuh dengan pujian, kebaikan, dan harapan. Namun, pada penghujung kepemimpinannya dipenuhi dengan pesta pora, ambisi, dan lupa diri.
“Begitupun dalam kepemimpinan, betapa naifnya jika saat awal penuh pujian, kebaikan sekaligus harapan, tapi pada akhir dipenuhi dg pestapora, ambisi, dan lupa diri. Sungguh naif,” kata Mashuri dalam postingannya di akun facebooknya.
Mashuri Arow, mantan Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), mengargumentasikan hal tersebut di akun facebooknya dengan dasar perspektif Islam.
Dalam Islam, kata Mashuri Arow, bertauhid itu penting dalam Islam (Umat Islam, red.). Jika dipbandingan di awal dan akhir hayat manusia (Umat Islam, red.), deklarasi tauhid bagi manusia, menurut pemuda asal Madura ini, lebih penting di akhir hayatnya daripada awal hayatnya.